Lubuk Torok, Alam juga ingin lestari.
Siang itu di Desa Siabu waktu menunjukan pukul 14.00 WIB , hujan yang berkali-kali turun menghadang kami selama perjalanan sudah reda,sudah waktunya melanjutkan perjalanan untuk 2 jam kedepan yang akan ditempuh dengan berjalan kaki menyusuri bukit-bukit. Perjalanan kali ini menuju ke Lubuk Torok dan merupakan kali kedua kami kesana. Bedanya pada saat perjalanan pertama tahun 2015 lalu sedang musim kemarau sehingga suasananya lebih panas dengan langit yang cerah dan sungai yang sedang surut. Perjalanan kali ini pada musim penghujan sehingga langit terus mendung selama perjalanan dan beberapa kali hujan terus turun.
Perjalanan dari Desa siabu dilakukan dengan menyusuri lereng perbukitan yang sudah dijadikan kebun oleh masyarakat dan sebagian kecil hutan alam yang masih utuh, karena musim penghujan sungai yang beberapa kali harus kami lewati selama perjalanan debit airnya sedikit meningkat untungnya masih aman untuk dilewati. pukul 16.30 WIB rombongan sampai di lubuk torok dan beristirahat Pondok milik Pak De yang memang diperuntukan sebagai tempat beristirahat bagi para pengunjung. Ada dua rombongan yang sudah datang sehari sebelumnya tertidur nyenyak menikmati udara dingin karena hujan.
Menjelang malam hujan terus mengguyur sejak magrib, memang tidak terlalu deras tetapi tetap merepotkan karna semua peralatan dan tenda doom yang kami pasang jadi basah. Tidak banyak yang bisa dilakukan hanya memasak makanan untuk mengisi perut dan dilanjukan duduk bersama di pendopo berdesakan sebisa mungkin tak terkena percikan hujan, diselingi obrolan-obrolan ringan dan semua beristirahat. saat malam debit air sungai semakin tinggi dengan suara yang deras, dibarengi dengan suara-suara dentuman seperti batu sungai bertabrakan, setelah diperikasa suara tersebut adalah suara kayu gelondongan dengan diameter yang besar yang sengaja dihanyutkan agar mudah membawa keluar hutan.
keesokan harinya hujan sudah reda tapi sisa hujan semalam masih terlihat sungai yang biasa dijadikan tempat bermain air debitnya tinggi dan cukup berbahaya untuk bermain disitu, kami memutuskan untuk melakukan tracking menuju air terjun teko yang dapat ditempuh dengan perjalanan selama kurang lebih satu jam menyeberangi bukit menyusuri anak sungai sedikit mendaki. lagi-lagi sisa hujan semalam menyebabkan sungai tidak bisa disebrangi karena debit airnya tinggi dan berbahaya untuk diseberangi, akhirnya kami memutukan kembali ke pondok.
Awalnya kami berencana untuk menginap semalam saja di Lubuk Torok tetapi sungai yang harus disebrangi untuk bisa keluar dari lubuk torok terus meluap dan semakin sore makin tinggi. akhirnya kami memutuskan untuk menginap lagi malam ini, sama seperti kemarin semakin tinggi air semakin banyak kayu yang dihanyutkan dari perbukitan di hulu semakin sedih rasanya. Mungkin bagi para pembalak hujan dan sungai yang meluap ini berkah karna mempermudah pekerjaan mereka, tapi dibalik itu alam terluka karena pohonnya terus ditebangi, semakin gundul semakin rentan. sekarang mungkin hanya meluap bisa jadi suatu saat menjadi air bah yang lebih merugikan dari keuntungan yang mereka dapat sekarang dari menebang hutan. bukan mendoakan itu terjadi tapi memang seperti itu saat alam dilukai akibatnya akan lebih mematikan bagi kita manusia yang hidup bergantung pada alam. Ketika alam mulai tak bersahabat jangan salahkan siapapun,
Esok harinya hari cukup ceraah, sungai pun cukup aman untuk dilewati dan kami pun pulang dengan banyak hal di kepala.
Komentar
Posting Komentar